Selasa, 14 Desember 2010

Ketika aku meraihnya kelak...


Sekarang tepat jam 23 malam, aku sisihkan arsitektur aplikasi usulanku, aku enyahkan sejenak rancangan cara kerja aplikasi usulan dan tools yang selama ini masih dalam tahap analisisku...aku mulai memutar “Beethoven - Violin Sonata No.5 Opus 24 Spring - 1st Movement”. Menghirup nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata.

Aku tahu bahwa aku ingin mengungkapkan sesuatu, jadi aku letakkan jemariku di atas keyboard tua. Dan aku pun mulai menulis ...

Saat ini aku duduk belajar di semester tujuh STIS,... :) alhamdulillah, nothing special ... jutaan pemuda pemudi juga telah mengalami duduk belajar di semester tujuh. Saat ini aku berani mengakui bahwa aku bukanlah pembelajar sejati...aku bukan.., sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang dokter. Tanpa mempedulikan siapa aku dan bagaimana kondisi keluargaku. Saya memiliki sebuah ambisi yang kuat, meski orang lain dan berbagai keadaan berusaha merobohkan keyakinan tersebut. Tapi seiring waktu saya semakin kehilangan keyakinan untuk membalut ambisi saya tersebut. bukan masalah aku tidak mampu untuk belajar tapi aku tidak akan mampu merasakan keadaan keluargaku dengan keadaan ekonomi yang buruk.

Sampailah aku di bangku STIS, satu hal yang aku ingat ketika awal pendaftaran. Bapakku menjual kembali buku latihan soal-soal yang telah dibeli di bagian pendaftaran. Bapak meminta maaf kepadaku terpaksa menjualnya kembali karena uang yang ada di saku bapak ternyata tinggal 7000. Tentu saja tidak cukup untuk ongkos pulang ke rumah (Pasuruan) dari tempat pendaftaran (Surabaya). Aku masih ingat wajah beliau ketika mengatakan maaf kepadaku sembari mengelus punggungku.

Hari-hariku aku biarkan mengalir begitu saja, setiap detikku serasa menghirup semangat kedua orang tuaku. Tapi tanpa aku sadari bahwa selama ini aku hanya bertahan  daripada mengusahakan mencapai yang terbaik. Bahkan pernah aku sampai pada titik dimana aku pun tak tahu keinginanku dan apa yang harus aku lakukan. (ambisi menjadi dokter vs belajar di STIS, anda bisa bayangkan diketawakan orang satu hall karena menjawab pertanyaan “what do you really want to be” dengan “aku ingin menjadi dokter” sedangkan kenyataannya anda sekarang duduk dengan ratusan statistition dan anda juga mengenakan seragam yang sama dengan mereka, mengenaskan!!) Astaghfirullah...

Aku ingin seperti air  ... Nilai dan manfaat air semakin besar manakala ia bergerak terus atau digerakkan. Air yang bergerak adalah air yang suci dan menyucikan. Air laut dan sungai yang mengalir mendatangkan kekuatan hingga bisa membawa kapal-kapal berjalan jauh. Air terjun yang bergerak mendatangkan keindahan dan kekuatan. Air yang bergerak juga bisa menyisihkan berbagai kotoran ke pinggiran, sehingga ia tetap bersih. Begitu juga air yang digerakkan. Ia bisa diolah menjadi penggerak turbin pembangkit tenaga listrik, masuk kebotol-botol sebagai minuman yang "lumayan" harganya dan ikut menghidupi rumah-rumah melalui kran-kran airnya. Mengalir seperti air.... Bergerak seperti air....

Menjadi pembelajar sejati, hal yang cukup sulit dilakukan saya rasa. Bagi saya, seorang pembelajar sejati akan selalu mencoba mencari celah pembelajaran dari setiap kejadian yang dialaminya maupun kejadian yang dialami oleh orang lain. Sungguh saya ingin menjadi orang seperti itu: yang senantiasa dapat memaknai hidup dari sudut pandang positif, yang mampu melihat nilai-nilai yang belum tersingkap, serta mampu memunculkan keberhargaan walaupun begitu tersembunyi adanya. Siapa yang tahu di dalam cangkang kerang yang gelap tersimpan mutiara yang begitu indah jika tidak ada yang mencoba menyelam ke dasar lautan dan mendapatkannya. Ya, mutiara itu akan tetap ada, terlepas dari apakah ada yang berusaha membuka cangkang kerang tempatnya bersemayam atau tidak. Belajar, belajar, dan belajar, menunjukkan bahwa manusia benar-benar makhluk yang memiliki banyak kelemahan dalam dirinya. (My Daily My Life)

Aku ingin menjadi saya yang benar-benar saya, saya yang bisa “belajar” seperti dulu, saya yang bisa menjadi saya yang berguna paling tidak untuk orang-orang disekeliling saya (disekeliling disini bukan diartikan hanya dibatasi secara ruang/fisik). semoga.

Buat saya ada kebahagian tersendiri ketika melihat senyum orang-orang disekeliling saya, apalagi orang-orang tersebut sering hadir di keseharian dan kehidupan saya. Ada banyak hal yang kemudian bisa menjadi sumber inspirasi, kebahagiaan, dan...dan...dan...mereka selalu mampu memberi angin segar di kehidupan rutin saya...


Aku ingin ... belajar mengerti hakikatnya hidup...
Aku ingin ... tau caranya mengejawantahkan arti kekuatan,kesabaran, dan kebijaksanaan...
I wat to introduce myself to everyone (* orang-orang disekelilingku)

Tapi sekali lagi alangkah mudahnya berkata-kata dan bermimpi, alangkah tak ringannya mengamalkan kata-kata.... seharusnya aku menyadari bahwa bartambahnya kata-kata yang keluar dari mulut ini, maka bertambah pulalah tuntutan terhadap diri ini untuk mengaplikasikannya. '...Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (Ash Shaff : 3)... astaghfirullah ...

Aku ingin ...
tiada sorak kegirangan olehku
hanya AlhamdulilLah dan senyum tipis sembari berkata
Aah..nothing special, biasa saja juataan orang juga telah meraihnya
Ketika aku meraihnya kelak .....

Jumat, 19 November 2010

Statistik Vs Religius


Mungkin anda sangat bingung ketika menginterpretasikan judul di atas. Apa hubungannya antara statistik dan religius??? Mungkin terbesit di pikiran anda seperti warna hijau dan merah sangat berbeda jauh.
Tidak---itulah pandangan saya.kenapa? berikut argumentasi saya :
Ketika bicara tentang statistik pasti tidak jauh – jauh dari kata sampel dan random, estimasi dan error, serta regresi. Error merepresentasikan tingkat kesalahan yang mungkin terjadi. Ini menunjukkan bahwa usaha manusia itu ada batas maksimalnya. Regresi, jika bicara mengenai regresi maka yang pertama terbayang adalah adanya pola. Siapakah yang membuat pola ini ?? apakah bentukan dari rumus? Bukan, rumus dan akal hanyalah merupakan alat untuk menterjemahkan pola tersebut. Pola secara alami dibentuk oleh alam. Ada Yang Maha Menghitung yang membuatnya dan mengaturnya. Bagaimanakah menurut anda? Karena adanya bentuk yang teratur (pola) di alam ini, maka dapat dipelajari dan digeneralisir melalui akal dan pikiran sehingga dihasilkanlah alat untuk merepresentasikan pola ini berupa rumusan dan berbagai definisi/hukum.

Data : Percaya vs Tidak Percaya


Tingkat harapan hidup laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan tingkat harapan hidup perempuan. Karena beban kerja laki-laki lebih berat dibandingkan perempuan. Karena sekali terserang penyakit laki-laki akan mengalami sakit yang lebih parah dibandingkan perempuan. Karena kodrat laki-laki bahwa semakin akhir tahun maka semakin signifikan perbandingan jumlah kaum laki-laki dan perempuan, dll.
Apakah anda setuju? Pasti anda sama dengan saya. Tidak akan memakan jeruk tanpa mengelupasnya terlebih dahulu. Bagi saya pribadi, hal itu seperti menawarkan kepada saya untuk masuk ke sebuah club malam, tidak akan pernah saya masuki.
Baik, berapa lamakah bisa sampai di monas jika anda sekarang berada di JCC senayan? 1 jam kah? 2 jam kah? Tentu anda tidak akan menjawabnya serta merta kan? Anda akan memikirkan memakai apakah untuk kesana? Motor, taxi, transjakarta ? dalam keadaan yang bagaimanakah jalannya? Lancar ataukah akan macet? Dengan kecepatan berapakah (km/jam) ? dan akhirnya anda pun akan menjawab “relatif”. Benar begitu bukan ?
Begitu juga dengan data. Pendapat saya, yang menjadikan data hanya sebuah lelucon di atas kertas adalah interpretasi yang menyertainya. Interpretasi yang diberikan oleh pembaca terhadapnya. Adanya beragam interpretasi ini diakibatkan oleh adanya keberagaman konsep dan devinisi. Jika berpijak pada konsep dan devinisi yang berbeda maka otomatis interpretasi akan berbada. Hal ini juga masukan bagi pihak yang bersangkutan agar berpijak pada definisi yang logis tanpa harus mengurangi tingkat reabilitas di Internasional sehingga data statistik kita tetap bisa diakui dan disejajarkan di tingkat Internasional.
Kembali ke “Tingkat harapan hidup laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan tingkat harapan hidup perempuan”. Saya akan mencoba untuk meng interpretasikannya (saya juga belajar niii :D ). Tingkat harapan hidup laki-laki, berarti tak mengenal batasan umur bisa mencakup bayi, balita, anak-anak, remaja, orang, dan kakek-kakek (hehehehe...). manakah diantara mereka yang tingkat harapan hidupnya paliiing rendah dan manakah yang paliiing tinggi ??
Dibandingkan dengan perempuan. Apakah dalam keadaan dan kualitas perawatan yang sama kekebalan tubuh wanita itu sama dengan kekebalan tubuh laki-laki?

Senin, 15 November 2010

Berkreasi Bersama

Setelah setiap mahasiswa dikelasku dianggap sudah mampu untuk mendesign web, pada pertemuan ke-4 kami diberi latihan kelompok untuk mendesign web sekreatif mungkin. Tapi hanya boleh menggunakan html dan css saja!!! Tujuannya adalah agar bisa mengeksplor dan menguasainya sebagai bekal ke pemprograman web yang lebih berat lagi (web yang ada perilakunya).
Di samping ini adalah hasil kerja kelompokku. Kreatifitas kami digabungkan, diselaraskan, dan dimodifikasi di design tersebut. Ternyata satu hal tidak kalah penting dalam mendesign web adalah menentukan tema web. Kali ini, aku menggagas tema “cafe tutorial”. Maksud tema ini adalah menyediakan web untuk tutorial online mengenai komputasi. Admin dari web ini adalah kami, kelompok 4 proweb  mahasiswa STIS peminatan Komputasi Statistik.
Design sengaja dibuat seperti di itu agar terkesan rileks tapi serius. Perpaduan antara warna natural coklat kream, hijau, coklat tanah memberikan kesan asri. Huruf link tutorial diberi kesan tegas menunjukkan keseriusan dalam belajar. Design tersebut juga memungkinkan user untuk menjelajah dan mereferensi dari web site-web site lain, hal ini juga memperkuat argumentasi bahwa kami sangat mendukung,mengindahkan, dan mencintai “knowlade sharing”. Mengenakan opacity,onmouseover,onmouseout pada kolom Majalah/Tabloit,Web programming, dan Hacking.
Gambar backround header dan pin dari design web site di atas diambil dari salah satu web. Alamatnya www.jardinesdelte.com yang kemudian kami modifikasi (hehe..,maklum waktu sangat mepet sekali,hehe..jd ogah mendesign gambar background sendiri) Itulah sedikit interpretasi dari tema design web sederhana tersebut. Hmm...dan aku semakin menyukai kerjasama dalam belajar. Jika anda ingin tau struktur dalamnya, saya dengan senang hati akan menunjukkan pada anda (.html) dan (.css) nya. Tinggalkan saja e-mail address anda. Bagaimanakah menurut anda?

Senin, 08 November 2010

Desaign Web Pertamaku


Sudah kangen blogku ini, lama tidak mengisinya ^^ 

Gambar di samping adalah design web pertamaku. Aku mendesignnya dengan html dan css. Design yang sangat sederhana,  bahkan navigasinya juga kurang berarti. Dengan tata letak yang menurutku jauh dari design user interface yang baik.

Aku suka menulis dan mendesign. Aku rasa itu hal yang sangat menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, aku sangat tertarik ketika salah satu dosenku memiliki sebuah tema TA yang berhubungan dengan kesukaanku. Tema TA tersebut adalah Online Collaboration For Document Publishing.

Aku ingin sekali mewujudkan aplikasi itu. Oleh karena itu, aku harus berusaha agar tema TA tersebut disetujui oleh pihak jurusan. Jika disetujui nanti pasti aku dengan senang hati mengerjakannya. Mengerjakan hal yang disukai itu sangat menyenangkan. Kalian akan mendapatkan semangat lebih ketika mengerjakan hal yang anda sukai.

Besok setelah aku belajar yang lebih banyak, aku pingin mendesign web yang lebih baik lagi. Besok, aku juga ingin menulis dengan cara yang lebih baik lagi. Bagaimanakah dengan anda?

Rabu, 15 September 2010

21 tahun cahputri

1. terimakasih atas kesempatan yang indah yg tak semuanya mendapatkannya, seberapapun selama ini , alhamdulillah  ^-^
2. semoga dapat menyelesaikan tahun 2011, smangat !!!
3. semuanya adalah titipan, ya Rabb..titipi ketika aku sudah siap, sabar ...
Amiiiin
di duapuluh tahun, banyak berteman dengan siapa saja, banyak pula pelajaran yang bisa diambil. untuk selanjutnya kepingin sejenak merentangkan kedua tangan di punggung bukit,sembari menutup mata menghirup udaranya yang segar

Selamat Idul Fitri 1431 H


“selamat hari raya idul fitri, minal ‘aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin”  ^-^
Kalimat di atas sangat populer di ucapkan dengan berbagai cara dan format yang berbeda di hari kemenangan. Apakah yang ada di benak anda ketika mendengarkan/membaca ucapan ini ? bolehkah kita ungkapkan bersama-sama kembali di halaman kali ini ?
Idul fitri : id (kembali) dan fithr (asal yang benar sering disimpulkan sebagai kesucian) berarti idul fitri adalah kembali fitri. Kita kupas sedikit lebih dalam lagi. “kembali” menyiratkan bahwa sesuatu itu memiliki tempat/keadaan semula yang kemudian karena beberapa hal sesuatu tersebut tidak lagi berada pada tempat/keadaan semula. Berarti asal muasal kita itu fitri.
Jikalau kamu kembali Kami pun akan kembali" (QS Al-Isra'  [l7]:  8), hmm... tidakkah dalam ayat ini tersirat bahwa Allah selalu rindu akan kembalinya manusia kepada-Nya.
Minal ‘aidin wal faizin : id(kembali) fauz (keberuntungan). Berarti artinya kembali menerima keberuntungan. Siapakah orang-orang yang beruntung? Banyak sekali ayat yang menerangkan siapakah orang-orang yang beruntung. Salah satunya adalah
Penghuni surga adalah orang-orang yang beruntung ( Al-Hasyr [59]: 20 ). Hmm...ternyata ayat ini memiliki makna yang tersembunyi, mari kita perhatikan “penghuni surga...”, siapakah yang dimaksud ? jika dalam konteks idul fitri maka dipahami sebagai “mereka yang mendapatkan pengampunan Ilahi...”.
Mohon maaf lahir dan batin :  maaf atau ‘afa atau teman-teman sering mengucapkan kata “   ‘afwan  “.  Nhaaah.., kata ‘afwan ini berasal dari “ Al-‘afw” yang berarti berlebihan trus berkembang jadi menghapus.
Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah? (QS Al-Nur [24): 22).
Kita pahami lebih dalam bersama-sama. Sebelum melapangkan dada didahului perintah memberi/meminta maaf. Kenapa ya? Mungkinkah berlapang dada itu lebih berat pelaksanaannya daripada memberi/meminta maaf?hhmm..lebih baik kita pahami perbedaannya dulu.
Memaafkan berarti menghapuskan sedangkan berlapang dada lebih untuk memberi lembaran baru. Itu pun versi pemahan saya. Berarti otomatis memberi lembaran baru itu jauh lebih sulit daripada hanya sekedar menghapuskannya pada media yang sama.
Nhah ^-^ biasanya kata maaf ini berteman dengan kata jabat tangan. Jabat tangan ini merupakan lambang, bagiku bukan hanya sebuah lambang tapi lambang kesediaan menghapuskan ataupun memberi lembaran baru. Teman-teman semua  -female&male-  Berkenaan jabat tangan ini, kita semua juga dibekali caranya yang bukan hanya halal (boleh) tetapi juga thayyiba (baik) ^-^
Berlapang dadalah terhadap mereka dengan cara yang baik (Al-Hijri [5]: 85).
Berlapang dadalah terhadap mereka dengan mengatakan salam/kedamaian (QS Al-Zukhruf [43]: 84).
Apakah anda mendapat banyak sms ucapan ini? Saya pribadi sangat senang menerima sms ucapan ini, apalagi ada tambahan “di doakan” , hehe...salah satu bentuk representasi mengasihi dan menyayangi itu adalah mendoakan ^-^.

Jumat, 27 Agustus 2010

Spesifikasi web page dengan format minimal yang sama untuk seluruh instansi dan departemen Indonesia? Are you a dreamer?


Setelah ujian, begini nih, melampiaskan pikiran pada lembaran-lembaran, hasilnya jadilah ayalan-ayalan yang notabene mungkin ‘ogah bangeeeeeeetzs siiih???’ trus ditambahin dech dengan statement ‘are you a dreamer??’.  (hhuuuhhhh...’YES’. oups ‘may be’ I mean : may be yes may be not, it’s up to you guys----lllhlplh, belepotan. Untuk temen-temenku: masih ingatkah kalimat “we use java coz’ we’re java’s people, we life in java?hahaa...”)
Langsung saja latar belakang konsep. Sederhana, dianalogikan sebuah database, sebuah data bisa masuk ke dalam suatu database minimal memenuhi beberapa kriteria yang telah menjadi konstraint dari atribut suatu relasi. Jadi dalam satu atribut memiliki anggota/instance yang sama minimal typenya sama walaupun panjangnya tidak sama apalagi alokasi memorinya. Alasan mudahnya yakni rapi, terorganisasi, terstruktur, terseragamkan-memperkuat identitas (g’ computer science banget sih alasannya!!hehe..trus karena apa ya? Oww..oww..untuk yang berhubungan dengan query mungkin, tau’ dah :D  ) Lalu apakah hanya untuk alasan itu sehingga perlu diadakan perbaikan untuk seluruh web yang ada? Berarti reinfrastruktur dong?buang-buang waktu dan biaya!
Bukan hanya itu, jika ada standard minimal format web dari instansi dan departemen ini, maka disana tersirat bahwa ada minimal informasi yang harus disediakan oleh mereka. Hal ini berhubungan dengan adanya gagasan untuk membangun sistem informasi terseragam untuk seluruh instansi dan departemen di Indonesia (hehe...dapet sedikit cerita dari beliau yang baru saja bergabung dengan departemen Komunikasi dan Informasi Indonesia, tapi ini baru sebatas gagasan yang diusung beliau. Dilatarbelakangi oleh ketidak seragaman sistem informasi yang menyebabkan kurang reliablenya informasi yang dibangun dari data---tapi saya tidak yakin apakah saya sudah bener menangkap maksud beliau/dalam menginterpretasikan kembali cerita beliau ini). Kalau sistemnya saja mau diseragamkan berarti itu bukan mustahil jika di level user interface-nya juga diseragamkan? Bukan begitu bukaaan?
Ya intinya dapat dianalogikan jika di dunia netpreneur nie ; istilahnya lebih prefer menjual waktu akses, daripada menjual barang. Apa itu? Yach, aku juga bingung. Udahan dulu yach, uda capek nulis, pengen tidur trus   M A I N.

Tahukah Anda?


Tahukah anda? Mengenai kegiatan pemilu Indonesia di Holland beberapa tahun silam?seperti apakah mekanisme yang diterapkan? Samakah dengan yang diterapkan di Indonesia?sudah pasti berbeda, “YA BERBEDA” (semangat banget ne ^-^, hehheee iya coz’ ceritanya ne lagi nyeritain ulang apa yang uda pernah diceritain pak Hasyim, kemudian saya simpulkan sendiri)
Beberapa tahun silam pak Hasyim-salah satu dosen saya-dipercaya untuk menghandle strategi mekanisasi pemilihan umum di Holland. Hmmm ... tak heran karena beliau adalah doktor muda lulusan Delf Holland dengan disertasi terbaik se-Eropa untuk computer engineering spesialisasi networking (huuuuuhh ... sotoy :D ..... balik ke main topic!!!!! Iya..iya..^-^, g’ papalah kagum ma beliau daripada kagum ma hal/entitas yang ngga’ngga’    :p ... Pisz....^-^V . singkat aja dah ceritanya coz’ mau  M  A  I  N.  Biasaaa..ujian baru ja kelar maunya   M A IIIII N   mlulu ^-^)
Kalau biasanya di Indonesia form untuk memilih menggunakan selembar kertas yang dilubangi tepat pada calon yang dikehendaki lalu dikumpulkan dalam kotak. Setelah semuanya memilih maka kotak dibuka dan dihitung satu persatu secara manual, kemudian form tadi disatukan kembali rapi trus dikirim kepusat yang bertanggungjawab atas hal ini.
Lain halnya di Holland. Sebelum hari pemilihan tiba, beberapa hari sebelumnya semua penduduk Indonesia yang ada di Holland dikirimi surat yang isinya undangan untuk menghadiri pemilihan umum di suatu wilayah yang sudah ditetapkan (tapi saya lupa tepatnya di kota mana L , yaaah pembaca kecewa!!? yang saya ingat pokoknya tempat tersebut adalah kota yang paling banyak tempat pariwisatanya di Holland). Selain undangan, juga disertakan beberapa form. Form-form ini bertuliskan barcode. Untuk setiap calon satu form dengan barcode yang unique.
Ketika harinya sudah tiba, mereka datang ke tempat yang dimaksud untuk melakukan pemilihan. Mereka tidak datang one by one tapi berkelompok menggunakan bus, bergantian setelah satu kota kemudian kota berikutnya, karena sudah ada jadwalnya sendiri-sendiri tiap kota (jadi rame-rame gitu ^-^, baguslaaah kompak, yeah jauh tanah air beta tapi tetep Bhinneka Tunggak Ika dan bersatu kita teguh :p, setuju-setuju????). setelah itu mereka mamilih calon yang mereka yakini dengan merekam barcode yang ada pada form tadi dengan tool yang sudah disediakan. Jadi jalannya pemilihan sangatlah efektif dan efisien. Kenapa? Ya, pertama karena prosesinya cepat- iya kan tinggal naruh barcode di bawah tool berinframerah khusus perekam barcode (tool berinframerah??hahaa....bilang aja kagak tau nama toolnya :D ? iya pan? Ngaku hayooo...) data otomatis langsung terekam dalam database. Yang kedua, karena perekaman sudah terotomatisasi maka mengurangi tingkat human error dalam proses penghitungan. Selain itu dengan mekanisasi seperti ini sangatlah membantu mengingat tenaga yang menghandle sangatlah terbatas.
Intinya mekanisme dengan memanfaatkan barcode ini membuat pemilu di Holland dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Baik bagi pihak pemilih, penghandle, maupun hasil yang didapat lebih reliable penghitungannya. (tapi...ada tapinya nie...mungkin melelahkan bagi beberapa orang di belakang layar/stakeholders seperti si pembuat program ---sistem pemilu dengan barcode---- kekurang telitian pada program maka kacau balaulah semuanya, waktu perencanaannya pun otomatis lama, intinya perancangan sistemnya sepertinya rumit).
Tuh kan unique? Bagaimanakah menurut anda?

Quick Qount di Sensus Penduduk? Mungkinkah?


Quick qount adalah satu kata yang tidak asing lagi bagi kita. Quick qount ini sering digunakan untuk estimasi hasil pemilihan sementara dalam Pilkada maupun Pemilu. Kedua hasil sementara kegiatan ini dengan mudahnya dipantau oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Hasilnyapun terasa sangat real time; menunjukkan hasil sementara setiap point waktu tertentu.
Tentunya sangat berbeda dengan kegiatan  Sensus Penduduk. Boro-boro ‘up-date status angka sementara’ dalam satuan waktu tertentu. Tiga bulan dari hari akhir kegiatanpun belum juga dapat dikeluarkan angka sementara tersebut. Bahkan diakui atau tidak, pengeluaran angka Sensus Penduduk terasa sangatlah tidak up to date aliansi ‘uda keburu dingin’. Dengan cakupan wilayah yang sama dan respondennyapun sama yakni penduduk Indonesia kenapa tidak mencoba menerapkan quick qount saja? Apakah semua infrastruktur yang dimiliki pihak yang bersangkutan dengan kegiatan Sensus Penduduk masih ‘ecek-ecek’? Sehingga belum siap menerapkan quick qount dalam kegiatannya? Hmmm....yuk-yuk...kita tinjau bersama dengan segala keterbatasan ilmu dan pemahaman yang saya miliki..... (sotoy :D  orang bukan anak statistik jugak ???hehhee...)
Kita tinjau dari sisi kegiatannya dulu. Dasar melakukan quick qount adalah untuk suatu kegiatan yang sifatnya poling sebagai earlying system. Sedangkan dasar melakukan sensus penduduk adalah mencacah setiap penduduk Indonesia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada Sensus Penduduk bukan hanya ingin mengetahui jumlah entitas obsevasi(penduduk) tapi juga ada informasi lain dari setiap entitas observasi yang ingin diketahui.
Yang kedua mari kita tinjau dari form yang dipakai. Karena quick qount ini hanya bersifat poling maka form hanya terdiri dari satu variabel saja. Pembacaan form pun hanya satu buah variabel yakni manakah dari sekian entitas yang dicalonkan yang dipilih. Sehingga perekaman datapun akan jauh lebih simpel daripada perekaman data pada Sensus Penduduk. Form yang digunakan Sensus Penduduk dapat dipastikan memuat lebih dari sepuluh variabel. Sebagai contoh Sensus Penduduk 2010 menggunakan 41 variabel. Sangatlah signifikan perbedaan variabel ini.
Yang ketiga dari sisi penghitungannya. Quick qount ini dilakukan dengan mengambil sample pada tempat-tempat yang dijadikan pusat kegiatan pemilihan di beberapa daerah yang sudah ditentukan dan kemudian mengestimasi menggunakan sample ini dengan metode tertentu. Sedangkan dalam Sensus Penduduk  dilakukan door to door untuk seluruh entitas yang termasuk dalam anggota populasi (Penduduk Indonesia). Dapat diilustrasikan;  quick qount bisa mendapatkan data 10 sample dari satu tempat pemilihan sedangkan pada Sensus Penduduk untuk mendapatkan data dari 10 penduduk harus mendatangi 10 penduduk tersebut di tempat tinggalnya masing-masing .
Bisa dibayangkan jika jarak satu rumah dengan yang lainnya kira-kira 50 meter untuk daerah plosok?(ampun daaaaah capekna :D, bukankah ukuran kinerja tim itu sangat ditentukan oleh anggota yang sangat lemah-dalam hal ini daerah yang medannya ‘wow’ banget) trus kenapa g’ adopsi caranya quick qount aja : orang-orang pada dikumpulin di satu tempat trus dicacah gitu? Hmm...ide inipun tidak bisa diterapkan mengingat teknik mendapatkan data pada Sensus Penduduk bukan hanya dengan wawancara langsung tetapi juga observasi langsung oleh pencacah pada beberapa variabel, obeservasi ini dilakukan untuk memastikan konsep benar, artinya belum tentu konsep yang diterima responden(entitas observasi/penduduk) terhadap pertanyaan itu sesuai dengan yang dimaksudkan (pokoknya yang saya tau teknik ngedapetin datanya HARUS door to door : nhah loh ... ogah banget kalau uda kena “pokoknya” ; bilang aja penulis g’ bisa mengilustrasikannya, belajar dulu sono!!! Hehheee....)
Untuk sementara hanya beberapa hal di atas yang bisa saya tinjau. Intinya ketika kita berbicara quick qount maka frame pembicaraan adalah sampel dan angka yang dihasilkan adalah statistik berarti ada estimasi didalamnya. Sedangkan ketika kita berbicara Sensus Penduduk maka frame pembicaraan adalah populasi dan angka yang dihasilkan adalah parameter berarti tidak ada estimasi di dalamnya ; hasilnya merupakan sesuatu yang pasti. (yaaaa walaupun mungkin ada satu dua tiga penduduk yang lewat cacah/variabel yg g’ sesuai lapangan ---- do you think human is perfect? They never been perfect!!!)
Sekarang waktunya menyampaikan ke temen-temenku mengenai “Pemikiranku yang nyeleneh” , tapi tetep aja bingung , masih gelap-mbulet seperti bola kasur di pemikiranku tentang :
1.              apa salahnya ya kalau di estimasi dululah sebelum mengeluarkan angka yang fix? Menggunakan tool yang baru diterapkan angkatan’49 dalam PKL yakni Uji Kuesioner Cepat? Memungkinkan kah jika menerapkan tool ini di SP?
2.              Kalau SP menggunakan 41 variabel, trus apa bedanya konsep sensus dan survei ?

Hack Different


knowing is so different from believing
learning by reading a text book is so different from learning by doing
studying is so different from learning
sekedar tau sangat berbeda dengan mengenal
yang saya lihat belum tentu dengan apa yang saya persepsikan
yang saya rasa belum tentu sama dengan apa yang ingin aku dapat
what else ? (gambare ra' nyambung ma tulisannya)

Sabtu, 24 Juli 2010

Aljabar Cinta ...


nhaaah..kali ini santai duluuu...sambil ngelengkapin tulisan temenku di blognya dia (Lina's world : http://lilakecil.blogspot.com/2010/07/menginstal-cinta.html). apa yg aku tahu mengenai topik yang satu ini? jauh dari sedikit?sedikit?lumayan?banyak?RA' MUDENG?seumuranku...banyak sih kaum remaja yang secara sengaja/tidak sengaja ngebahas/mengkaji soal ini,I don't know why so... like that? termasuk aku nie sekarang (buktinya aku memposting tulisan ini?!jujur tho?). hehe..TAPI HANYA sepintas lalu. membaca dan mendengarkannya tanpa asumsi? ehmm...it's depend on your mind set...

Naikkan hatimu. Integralkan keberanian itu. Nyatakan padaku! Jangan kau anggap kau ragu. Wujudkan cinta itu. Nol-kan notasi keraguanmu. Integralkan keberanian itu. Nyatakan! Aku begitu sulit untuk jatuh cinta dan juga sulit untuk dicinta. Aku sulit mematematikakan aljabar cinta, karena cinta itu kadang memang sukar untuk dinalar, ditatap, didengar, dan ditulis dalam tetesan tinta penaku. Wujudkan cintamu! Jangan kamu meng-angannya hanya dalam ke-fiksian. Nyatakan! Matematikakan! Jadikan abstraksi-mu padaku nyata adanya.

Determinankan hatiku. Inverskan hatiku. Luluhkan perasaanku hingga singuler dalam harga x himpunan real nyata ungkapanmu. Temukan aljabar cinta di kotak hati yang kusimpan. Temukan! Buat aku bahagia dalam resultan vektormu yang kuat dan dalam. Inverskan hatiku. Transposkan untukku. Determinankan hatimu. Hingga kau kan lihat matriks hati aku dan kamu satu. Aku dan kamu invers. Tidak ada kebohongan. Tidak ada lagi kesinguleran. Tak perlu lagi orang menentukan diskriminan kita karena tak serumit yang mereka bayangkan. Jangan ragu, determinankan hatiku, diferensialkan ciut-mu, nyalakan nyalimu, nyatakan rasamu, buktikan itu dengan harga yang real bukan parsial.

Buatlah aku bahagia. Ciptakan nuansa yang tanpa adanya kecurigaan dan rahasia antara kita. Bayangkan dirimu, kamu itu hebat. Awali hari kita dengan kesenangan sejati. Urutkan kebahagiaan-kebahagiaan yang akan kita lewati nanti. Hingga urutan itu menjadi suatu rentetan aritmatika indah dunia dalam pelangi di ufuk hati kita. Deret kita indah, cerah, seumpama barisan Fibonacci yang mencetus rahasia 'golden ratio'-nya Tuhan di alam, bunga, hexagonal, nektar, dan di kanvas Leonardo da Vinci saat melukis Monalisa. Ya, geometri kita takkan terpengaruh rasio.

Dan lihatlah! Lihatlah di titik itu. Cinta kita telah berukir di langit sore saat pancarkan sinarnya. Cinta kita telah cipta kebahagiaan, kedamaian, dan aura ketenangan di jiwa. Senja itu menyatakan nilai optimum fungsi kita, Sejati. Adakah kau lhat pesona ini sebelumnya? Tentu tidak!

Itulah gambaran cinta kita. Sebuah imajiner dalam wujud nyata. Sebuah metafor betapa indahnya cinta kita nanti. Sebuah permisalan. Sebuah refleksi. Sebuah relativitas masa hari esok yang kan indah kita lalui. Masihkah ragu itu menerpamu?



Epilog:
Determinankan hatiku. Inverskan hatiku. Luluhkan perasaanku hingga singuler dalam harga x himpunan real nyata ungkapanmu. Temukan aljabar cinta di kotak hati yang kusimpan. Temukan! Temukan!

dari dan oleh : InuAnwardani(penulis muda)

Rabu, 21 Juli 2010

Esensi Format Pendidikan dalam Kacamata Islam



munyeng di salah satu matkul, dapet coret-coretan ini ...

1. Membaca, seperti yg dijelaskan sebelumnya
2. Tauladan (aplikatif)

Mengadopsi konsep bahwa setiap umat memiliki pemimpin dan kitab sendiri-sendiri. Sejarah ini secara tersirat mengajarkan kepada manusia bahwa dibutuhkan entitas yang menjadi tauladan, menjadi contoh untuk setiap nilai yang diajarkan. Entitas ini tidak hanya mentransmisi ilmu tapi juga secara nyata memberikan contoh applikasinya atau dengan kata lain tidak hanya mengungkapkan tapi juga ditunjukan.

3. Sistem dan Objeknya

Entitas dalam hal ini adalah pendidik, keluarga, dan masyarakat.Aspek kehidupan yang real dalam keluarga dan masyarakat merupakan sarana dan media pembelajaran bagi subyek didik. Disinilah letak dari esensi learning society yang menghasilkan cultural learning dan akhirnya sampailah pada kondisi civil society (Effendi Hasan,2008). Suatu kondisi yang mengenalkan ranah learning to do, learning to be, learning to live together, learning to how to learn, and learning to think kepada subyek didik. Selain itu, tersirat nilai integralitas keteladanan yang mengharuskan tidak adanya keterputusan hubungan sekolah, lingkungan dan keluarga.


Memandang subyek didik, fasilitator, pelaksana, dan lingkungan sosial, serta bahan pengajaran sebagai objek-objek. Objek-objek ini memiliki mekanisme dalam berkomunikasi layaknya konsep dalam OOP (Object Oriented Programing), yakni mekanisme yang memiliki konsep abstraksi dan pengapsulan , pewarisan, polymorphism, serta pesan.

Abstraksi menunjukkan karakteristik – karakteristik esensi jenis objek yang membedakannya dari jenis – jenis objek yang lain dan memberikan batasan konseptual yang didefinisikan dengan tegas, relatif terhadap perspektif pengamat (Bambang Harianto, Ir. , MT. :332-333). Kemampuan peserta didik dilihat dari tiga segi yakni IQ,EQ,dan SQ sangatlah bervariatif baik antarpeserta didik dalam satu instansi/lembaga maupun antarinstansi/lembaga di suatu wilayah. Yang bisa dengan pasti mengenali dan menilai kemampuan setiap subyek didik adalah pendidiknya masing-masing. Yang setiap hari berinteraksi dengan mereka. Inilah salah satu dasar, program pengembangan diri dan pelatihan peningkatan kualitas guru menjadi bagian yang tidak boleh dikerjakan sambil lalu.

Sedangkan Polymorphism, dua atau lebih objek dikatakan polymorphic bila objek-objek itu mempunyai antarmuka-antarmuka yang identik namun mempunyai perilaku-perilaku berbeda (Bambang Harianto, Ir. , MT. :357).Oleh sebab itu, sejalan dengan pendapat Rahastomo Ciptadi N, UN lebih tepat jika dimaksudkan sebagai alat pemetaan kondisi pendidikan (mapping) di masing - masing sekolah untuk selanjutnya dijadikan alat untuk mengelompokkan sekolah berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan.

Pengapsulan dimaksudkan agar program terhindar dari menjadi begitu bergantung (Bambang Harianto, Ir. , MT. :333). Karena adanya keberagaman karakteristik (baca : kondisi ) baik subyek didik, lingkungan sosial dan lingkungan fisik, maka untuk mengatasi kekompleksitasan ini setiap instansi/lembaga penyelenggara pendidikan diharapkan memiliki program-program dan metode-metode sendiri yang dapat secara tepat guna dan berdaya guna dalam mengelola domain subyek didik (IQ,EQ,SQ) dengan tidak meninggalkan core value yang sudah menjadi standarisasi pemerintah.

Abstraksi dan pengapsulan merupakan konsep yang saling melengkapi : abstraksi berfokus pada perilaku objek yang dapat diobservasi, sementara pengapsulan berfokus pada implementasi yang memberikan perilaku ini. (Bambang Harianto, Ir. , MT. :334 ). Sebagaimana yang dilihat oleh Effendi Hasan yang intinya bahwa guru dituntut untuk memahami pendekatan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu suatu pendekatan subyek didik (student centered approached). Intinya, pendidik memainkan peranan sebagai stabilisator, dinamisator, dan motivator serta menjadi contoh tauladan dalam proses interaksi dengan subyek didik. Kegiatan kelas diusahakan semaksimal mungkin bersifat demokratif, eksploratif dan inofatif dalam upaya membangkitkan dan memberdayakan seluruh perilaku objek ( baca : domain subyek didik yakni kognitif, efektif, dan psikomotorik)

Esensi dari pewarisan adalah suatu kelas baru secara otomatis akan mewarisi fungsionalitas kelas yang telah ada. Adanya pewarisan ini memungkinkan penciptaan klasifikasi berhirarki (Bambang Harianto, Ir. , MT. :345).Selama ini sistem pendidikan yang berjalan di negara ini dinilai sebagai sistem yang memuat unsur sekuleristik yang menghasilkan dikotomi pendidikan baik dari segi knowladge, yakni memisahkan antara pendidikan “agama” di satu sisi dengan pendidikan umum di sisi lain, maupun dari segi status instansi/lembaga penyelenggara pendidikan itu sendiri, yakni adanya asumsi diskriminatif atas pendidikan formal dan non-formal. Asumsi ini men-setting mindset masyarakat bahwa ada institusi primer dan institusi sekunder yang berujung pada pengurungan minat bahwa pendidikan hanya milik orang-orang tertentu saja.

Untuk dikotomi dari segi knowladge. Yang pertama, sebenarnya diakui atau tidak selama ini kuantitas jam untuk pendidikan agama menjadi alasan utama ketidak seimbangan pendidikan. Mencoba melihat dari sisi lain, bukannya alokasi waktu sedikit, namun bagaimana menyiasati waktu yang sedikit tersebut menjadi bermakna. Yang kedua, pelaksanaan pendidikan agama seakan hanya sebentuk ritual tanpa makna. Ia hadir hanya sebagai sebuah bentuk formalitas belaka. Maka disinilah pewarisan itu diperlukan. Setiap pendidikan umum memiliki fungsionalitas pendidikan agama sebagai fungsionalitas dasar. Konsep ini dikembalikan pada tugas utama manusia dibumi yakni sebagai khalifah-Nya, sebuah pendekatan yang meruncing pada rahmatan lil’alamin.

Dengan kata lain, dalam mata pelajaran pun harus ada upaya integrasi antara mata pelajaran yang dianggap ”umum” dengan “agama”. Nilai-nilai universal dari agama itu sendiri yang harus dimasukkan dalam setiap mata pelajaran sehingga akan tercipta harmonisasi ilmiah. Hal ini cukup kuat untuk menyatakan bahwa antara pendidikan agama dan pendidikan umum memiliki sinkronisasi fungsionalitas.

Himpunan pesan yang dapat dilakukan objek disebut sebagai perilaku objek (Bambang Harianto, Ir. , MT. :345). John Dewey menjelaskan bahwa pendidikan yang sesungguhnya adalah mampu memberikan gambaran objektif tentang dunia dimana peserta didik hidup, ke arah mana kehidupan dunia ini berjalan, dan peran apa yang dapat mereka lakukan di lingkungan sekitar mereka. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan salah satu agen dalam proses sosialisasi yang dialami manusia. Sosialisasi merupakan proses seumur hidup (life-long process) dan pendidikan memfasilitasi tranformasi ketrampilan dan nilai-nilai luhur yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupannya (John Dewey 1958:90)

Pesan (baca : esensi pengajaran/kemampuan) yang diharapkan bisa dilakukan oleh subyek didik adalah kognitif, yang memfokuskan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), psikomotor, pada sisi keterampilan dan kreativitas, dan afektif, berperan pada penanaman etika dan moral yang meliputi integritas, kejujuran, komitmen, visi, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi, dll.

Esensi dari pendidikan ini adalah memberikan tempat yang sinergis antara pendidikan berbasis kognitif-psikomotorik dan pendidikan berbasis afektif (akhlaq atau moral). Semua ini ditujukan untuk menjawab sebuah fenomena peradaban manusia yakni untuk menjawab pesatnya laju kehidupan dan tantangan zaman. Ranah yang lebih sempit yakni dalam usaha mencetak bangsa yang tumbuh dalam naungan IPTEK dan IMTAQ

Dreeben (1968) menyebutkan bahwa apa yang dipelajari oleh seorang anak disekolah adalah di samping membaca, menulis, dan berhitung aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universalism), dan spesifitas (specificity) juga merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan. Selain itu, kurikulum berbasis kompetensi hendaknya mampu menyodorkan fakta-fakta mengenai problem kehidupan social (lazim disebut problem posing). Hal ini bermakna bahwa subyek didik diajak untuk memasuki arena problem solving. Problem posing-problem solving ini menjauhkan nalar subyek didik terjebak dalam bentuk pragmatis yang secara tidak langsung men-setting mindset subyek didik , belajar untuk memperoleh angka dan hanya mengejar kesejahteraan materiil. Selain itu, adanya problem posing-problem solving ini akan secara alami menggeser metode konventional yang menekankan pada aspek hafalan melulu, sekarang seharusnya subyek didik digiring ke ranah lain yakni untuk lebih merasakan dan lebih aplikatif (Effendi Hasan, 2008)
.

rangkuman (untuk yang agak ogah baca seambrek ^^hehe...) :
Lingkungan sosial : Keluarga, Fasilitator : lembaga non-pemerintah dan pemerintah, Penyelenggara : : sekolah, lembaga/institusi formal dan non-formal, masyarakat. Subyek didik : Intelegensi, Emosional, Spiritual quotion. Transformasi : ketrampilan, kreativitas, problem posing->problem solving (IPTEK) dan nilai-nilai luhur yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan (IMTAQ ; kemandirian, universalisme, spesifitas, integritas, kejujuran, komitmen, visi, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi, dll). Tools : knowladge. Metode : membaca, menggunakan tauladan, pengajaran yg mensinkronisasikan iman, ilmu, amal, dan pendekatan sujek didik. Elemen/aktor = objek yg sifatnya (abstraksi & pengapsulan,pewarisan,polymorphism,pesan). Sifat sistem : universal,terbaca,aplikatif,integralistik. Through put sistem : prestasi, prilaku, pandangan dan cara hidup serta cara berpikir subyek didik. Tujuan/output sistem : Pengabdian kepada YME = menjadi manusia utuh yakni seorang khalifah di bumi = pendekatan rahmatan lil ‘alamin.

Jumat, 05 Maret 2010

Bijak Padanya ?

Kita semua mengetahui bahwa air merupakan salah satu komponen utama kehidupan ini. Manusia pada jaman prasejarah, yang hidup nomaden kerap memilih tinggal di sisi sungai atau danau. Saat manusia mulai menetap dan tinggal di suatu tempat, pinggir sungai jadi pilihan utama, peradaban manusia dimulai di tempat - tempat di tepian sungai. Peradaban Mesopotamia, yang sering disebut sebagai peradaban paling awal, berada di antara aliran sungai Trigis dan Eufrat di Irak sekarang, negeri Mesir kuno sangat tergantung pada sungai Nil, India memulai peradabannya dari tepian sungai gangga. Lalu banyak kota besar dunia macam Rotterdam, London, Montreal, Paris, New York, Buenos Aires, Shanghai, Tokyo, Chicago, dan Hongkong memulai kemakmurannya dari penggunaan aliran sungai sebagai faktor penting dalam praktek lalu lintas perdagangan.

Sejak manusia memilih tinggal menetap dan tak lagi menjadi makhluk yang berburu binatang dari satu tempat ke tempat yang lainnya, bercocok tanam menjadi pilihan untuk bertahan hidup. Saat bercocok tanam iniketergantungan manusia dengan air semakin besar. Air tak lagi sekedar untuk minum, tapi juga dipakai menyiram ( mengairi) ladang dan sawah. Aliran sungai dibendung maupun disedot untuk mengairi ladang dan persawahan tersebut.

Air sungai yang kita gunakan untuk irigasi, minum, dsb sebenarnya hanya sebagian kecil air yang ada di bumi. Bagian permukaan dan perut bumisesungguhnya mengandung banyak air. Namun, 97% air di permulaan bumi adalah air laut yang rasanya asin dan tak layak untuk dikonsumsi manusia. Dari 3% itu, sebanyak 67,8 % diantaranya membeku jadi gunung es di kutub dan gletser. Sebanyak 30 % ada di perut bumi, 0,3 % muncul ke permukaan dalam bentuk sungai dan danau, dan sisanya 0,9 %.

Anda juga pasti tahu perihal siklus air. Siklus itu, merupakan fenomena alami yang menjelaskan bahwa sejatinya jumlah total debit air di bumi sejak bumi ini diciptakan relatif sama.

Anda juga bisa bayangkan dengan jumlah manusia 2010 yang diperkirakan mencapai 6,8 milyar jiwa memanfaatkan debit air di atas. bagaimanakah seharusnya saya dan anda menyikapinya ?


terinspirasi ketika penulis berlayar menyusuri sebagian sungai Musi.

Jumat, 08 Januari 2010

Arsitektur Abstrak Piramida Membaca

1. Apakah essensi dari membaca ?

membaca adalah serangkaian kegiatan untuk memahami sesuatu keterangan yang disegikan kepada indra penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya. Dari keterangan ini bisa diartikan bahwa membaca bukanlah kegiatan mata memandang serangkaian hal dalam bahan bacaan saja, melainkan kegiatan pikiran untuk memahami suatu keterangan melalui indra penglihatan.lebih luas dari itu, obyek baca dari subyek yang membaca selain huruf dan lambang bisa juga situasi, fenomana, masalah dan lain sebagainya. Untuk memperkuat argumen di atas berikut disertakan beberapa pendapat tokoh pendidikan :


Menurut Marksheffel, membaca adalah kegiatan kompleks dan disengaja, dalam hal berupa proses berfikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi pikiran yang bekerja secara terpadu, mengarah kepada satu tujuan, yaitu memahami makna dari paparan tertulis secara keseluruhan.


Menurut Dr. Sudarso, mamabaca merupakan aktivitas kompleks yang mengarahkan sejumlah besar tindakan terpisah, mencakup penggunaan penglihatan, khayalan, pengamatan dan ingatan, artinya yang berperan adalah mata dan pikiran.


Menurut Muchottob, membaca dan menulis adalah suatu hal yang paling prinsip dalam pembangunan ilmu pengetahuan. Kokohnya syariat dalam agama dan kesadaran akhlakul karimah dipahami dan diajarkan serta diwariskan melalui membaca dan menulis.

Sedangkan yang dimaksud aktifitas membaca di sini adalah suatu kegiatan membaca yang dilakukan secara kontinue atau berkesinambungan.



2. Bagaimana membaca bisa meningkatkan kinerja neuron (dimensi biologis/intelektual)

3. Bagaimana membaca bisa meningkatkan integralistik berfikir (dimensi Psikologis/emosional)
4. Membaca merupakan suatu perintah dari YME dan Fitrah manusia (dimensi religion/spiritual)

Bagaimana membaca bisa meningkatkan kinerja neuron (dimensi biologis/intelektual)

Otak terdiri dari jutaan sel neuron, dan masing-masing sel mempunyai nukleus dan sejumlah tentacle yang menyebar ke segala arah, dimana masing-masing tentacle memiliki ribuan prouberans (tonjolan). Setiap prouberans ini saling berhubungan dengan prouerans lainnya, dengan tenaga elektrokimiawi suatu gugus neuron yang terhubung oleh jutaan proberans ini berhubungan dengan gugus neuron lainya membentuk suatu pola hubungan layaknya suatu sirkuit di otak (Pyotr Anokhin). Dapat dipahami bahwa otak merupakan suatu pola atau jaringan yang dibentuk oleh ribuan prouberans yang terdapat pada jutaan tentacle sel otak. pada waktu akan dilahirkan manusia telah memiliki 100 milyard neuron dan 1 triliun gliat/ perekat (Juneyuanita). Menurut Dr. Daniel Alkon (55), kepala laboratorium ilmu saraf Institut Kesehatan Nasional di AS , secara alami jumlah neuron mengalami malfunction/mati dengan laju 100.000 sel per hari dan neuron itu tidak membelah seperti sel-sel lain. Selain itu, ternyata otak manusia memiliki sel-sel cadangan, seperti yang diujarkan ilmuwan dari Institut Riset Stanford bahwa manusia hanya menggunakan 10% otaknya.

Tingkat intelegensia ditentukan oleh banyaknya prouberans dari tentakel neuron otak. Menurut Mark Rosenzwig, prouberans dari setiap tentacle ini bisa diusahakan menjadi lebih banyak dengan memberi stimulasi (membaca termasuk dalam salah satu bentuk kegiatan untuk menstimulasi otak, contoh dengan biaya yang lebih mahal misalnya terapi cahaya dan terapi akustik) pada otak, berapapun usia otak itu, menunjukkan signifikansi peningkatan prouberans. Sehingga akan meningkatkan jumlah total hubungan-hubungan antar syaraf yang terdapat di dalam otak. Menurut peneliti dari University of Chicago yang bernama Dr. Mihaly Csikszentmihalyi, otak memiliki empat macam gelombang dengan satuan siklus per detik (Cycle Per Second (CPS)) :

Delta, yang berfrekwensi 1-2 Hz (atau CPS) : Relaksasi fisik yang dalam, pengendalian stress dan pelepasan rasa sakit.

Theta, yang berfrekwensi 3-5 Hz : Memori mengingat, memanggil dan pertumbuhan IQ.

Alpha, yang berfrekwensi 7-9 Hz : Belajar, membaca dan mendengar.

Beta, Yang berfrekwensi 12-14 Hz : Pengambilan keputusan, logika, dan pemecahan masalah.


Pada keadaan Alpha ini merupakan keadaan yang kondusif bagi komunikasi antarsel yang terjadi lewat pancaran impuls-impuls kimia dan listrik terkait dengan forgetfulness, amnesia, dan demensia->proses lupa yang bersifat patologis/abnormal (Prof. Sidiarto Kusumoputro, pengajar bidang neurologi FKUI/RSCM). Sedangkan tetha berhubungan dengan OLS yang akan admin uraikan pada dimensi psikologis dari membaca. Bertolak dari pengertian membaca di atas, maka dapat dipahami bahwa membaca melibatkan kerjanya kedua belah otak. Dan menurut Robert, bila belahan otak yang lebih lemah distimulasi dan disuruh bekerja bersama belahan otak yang lebih bersinergi akan tercipta kemampuan dan efektivitas otak yang jauh lebih tinggi dari 5 sampai 10 kali lipat.


Mengutip statemen dari Dr. Barry Gordon, kepala klinik gangguan memori di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins, AS, “Memori memang adalah berbagai pola koneksi antarneuron,”. Menurut dia bila suatu memori baru diperoleh, pengkodeannya bisa melibatkan ribuan neuron yang tersebar di seluruh cortex. Tapi jika informasi baru itu tidak digunakan, pola koneksi yang baru terbentuk itu akan segera pupus kembali. Sebaliknya, jika kita berulang-ulang mengingatnya lagi, pola koneksi itu akan semakin kokoh terbentuk dalam jaringan otak.


Ada dua sudut pandang mengenai memori manusia, yang pertama oleh Prof. Sidiarto Kusumoputro, membagi memori menjadi dua jenis yakni memori jangka pendek, memori ini bisa dianalogikan sebagai RAM di komputer, stimulus yang diterima panca indra tersimpan di memori ini sebentar kemudian mengungkapkannya dengan segera, bisa menganalisa dan menyimpan informasi tanpa membuat rekaman yang abadi. Jenis memori jangka panjang, menyimpan pengalaman yang telah lewat di daerah otak yang disebut cerebral cortex (kulit luar otak, rumah dari jutaan jaringan neuron), pada bagian otak ini setiap stimulus dari pancaindra di tanggapi dalam bentuk impuls unik sel-sel syaraf yang bersangkutan langsung aktif dan sebagian bahkan tidak kembali kebentuk semula karena mereka memperkuat koneksi satu dengan lainnya.


Sudut pandang yang kedua dari Dr. Murray Grossman (45), ahli saraf dari Pusat Medis Universitas Pennsylvania, AS, ada lima jenis memori. Semantik merupakan memori tentang makna simbol dan kata, memori Implisit biasanya menyangkut kecakapan tertentu, memori Working adalah memori jangka pendek, terakhir, memori Episodik ialah memori yang menyangkut pengalaman yang belum lama terjadi. Memori-memori ini bisa mengalami kemunduran kinerja sejalan dengan usia karena mengalami melemahnya neuron. Kecuali jika ada bantuan stimulus yang bersifat kontinue sehingga transmisi listrik pada sel-sel tersebut sehingga berfungsi sesuai kapasitasnya. Dan salah satu bentuk stimulus yang paling mudah dilakukan sendiri adalah membaca. Fakta ini di dukung oleh Dr. C. Edward Coffey, peneliti dari Henry Ford Health System, membuktikan bahwa hanya dengan membaca buku seseorang akan terhindar dari penyakit “Demensia”.


“Belajar dan memori merupakan fenomena yang kompleks dan Proses mengingat tak bisa dilepaskan dari belajar,” kata John Byrne, Ph.D., guru besar dan ketua jurusan neurobiologi dan anatomi Sekolah Kedokteran Universitas Texas di Houston, AS dan Prof. Sidiarto. Ingat bahwa membaca merupakan salah satu bentuk aktifitas belajar. William Greenough, peneliti di Universitas Illinois, menyatakan bahwa pada otak tikus percobaannya yang sering diberi stimulus setelah membedahnya terdapat lebih banyak sel otak dari pada tikus yang tidak pernah/jarang diberi stimulus. Bukan menyamakan manusia dengan tikus, namun secara struktural kedua otak makhluk ini dianggap sama.


Dari semua uraian di atas maka dapat dipahami bahwa, yang pertama : masih sedikit sekali yang diketahui mengenai otak yang tergolong bervolum kecil itu, yang kedua : stimulasi mampu membuat otak bekerja secara lebih efisien dan meningkatkan koordinasi antarsel, yang ketiga jika sel otak yang digunakan oleh manusia hanya 10% berarti sisanya menganggur dan apa yang terjadi??seperti yang dipaparkan di atas yakni yang tidak terpakai akan mengalami malfunction/mati. Singkatnya membaca akan memperbaiki koordinasi antarsel,percepatan normalisasi antar jaringan otak, sel-sel otak yang belum aktif akan menjadi aktif dan sel yang aktif bekerja lebih efisien.

Bagaimana membaca bisa meningkatkan integralistik berfikir (dimensi Psikologis/emosional)

Jujur saya mengalami kesulitan untuk memulai menguraikan ‘membaca’ dari segi psikologi. Menurut saya pribadi, psikologi merupakan suatu sisi dari manusia yang sulit didefinisikan. Atas saran teman saya di Facebook dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan gambar-gambar, maka saya memulainya dengan mendeskripsikan apa yang saya rasakan ketika membaca, jika nanti dalam penjelasan saya tidak dapat dilakukan generalisir harap maklum karena saya sangat minim akan pengetahuan Psikologi dan emosional. Jika berkenan silahkan tinggalkan komentar atau bahkan melengkapinya.

Ketika saya membaca buku karya Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy, JK Rowling, Stephanie meyer, dan pengarang novel lainnya, saya mendapatkan suasana ketenangan di dalam diri saya sendiri. Mungkin ada keributan dan kekacauan di luar, tapi di dalam hati, saya tetap tenang menikmati dan mengikuti setiap alur cerita yang disuguhkan dibuku itu. Ketika saya membaca buku karya Bambang Hariyanto, Andrew S. Tanenbaum, Howard Anton,dan penulis buku science yang lainnya, saya mendapatkan suatu teknik pemikiran yang bersifat gradual, mempelajari sesuatu dari yang sederhana menuju yang lebih komlpeks, sedikit demi sedikit tapi pasti . Ketika saya membaca buku karya Ary Ginanjar Agustian, Harun Yahya dan buku-buku lainnya yang secara implisit menyatakan sebagai buku motifasi, saya merasakan ada sesuatu hal yang berusaha mengajak dan mendorong saya untuk lebih memperbaiki diri lagi dan lagi.

Ketika saya membaca karangan yang berbentuk novel dan buku-buku motifasi diri, saya rasa ada sesuatu hal yang bisa mengajarkan kepada saya tentang diri saya sendiri. Beberapa novel menyuguhkan karakter-karakter yang bersifat kuat dan disuguhkan seobyektif mungkin. Jika saya bawa dalam kehidupan nyata tak jarang saya menemui berbagai sosok yang tidak jernih, maksudnya sangat dipengaruhi oleh subyektifitas saya pribadi. Sekarang saya bandingkan ketika saya membaca berbagai media massa, apa yang saya dapat? Yang saya dapat adalah berbagai macam pertanyaan, baik pertanyaan itu bersifat science, wawasan, atau bahkan pertanyaan-pertanyaan yang menguji kearifan dalam menilai sesuatu hal, itu berarti bagi saya membaca merupakan suatu aktifitas yang membelajari saya untuk menuju ke gerbang kearifan, menjauhkan saya dari kesempitan wawasan, suatu media untuk melatih mendapatkan kepercayaan diri yang diusahakan untuk dipadukan dengan kerendahan hati.

Buku baru yang terakhir kali saya baca adalah Atlantis, The Lost Continent Finally Found, karya prof. Arysio santos yang terbit november 2009 lalu, setelah menghabiskan 30 tahun usianya untuk meneliti hal ini. Atlantis memiliki pengertian sebuah tempat dimana peradaban berkembang pesat dan memiliki banyak anugrah alam, disebut juga sebagai pulau putih atau ada yang mengartikan sebagai surga sebelum jaman es. Paparan sunda adalah benua yang hilang, satu satunya tempat yang berada di luar aturan geologis, atlantis yang benar, arketipe dari semua atlantis lainnya adalah indonesia. indonesia diklaim sebagai tempat kediaman asli bangsa Dravida.

Ketika membaca buku ini saya merasakan kebebasan dalam pikiran saya. Memang saat itu saya berada di lantai dua Gramedia Matraman tapi Saya bisa pergi jauh kebelakang/masa lampau tanpa dibatasi waktu, saya bisa pergi jauh ke lemuria heckel(jembatan tak nyata madagaskar-indonesia sebelum jaman es) tanpa dibatasi tempat. Berkelana ke semua peradaban, mengunjungi rekaan alam yang imajinatif, bersua dengan tokoh-tokoh yang memiliki sumbangsih yang besar dalam peradaban manusia, pokoknya tanpa batas dan syarat.

Tapi yang paling menarik ketika saya membaca buku ini adalah berbagai pengetahuan antara lain geologis, tata bahasa, ideologi, agama, budaya dan mungkin masih banyak pengetahuan yang saya tidak memahaminya, diperlukan untuk memahami totally buku ini. Jelas ini merupakan salah satu bukti dari integralistik berfikir. Dari sekian halaman yang paling saya ingat adalah paragraf ke tiga pada halaman 152( lupa 152 apa 162) karena pada bagian ini saya termasuk komunitas yang tidak setuju dengan apa yang diutarakan penulis, dengan catatan jika memang apa yang saya pahami selaras dengan maksud penulis. serta penjelasan yang lebih bersifat klaim terhadap asal usul kata lambang Garuda, pada halaman penjelasan akhir buku (kira-kira halaman 620 an). Satu hal yang tertulis jelas di buku ini adalah bahwa penulis meyakini bukan hanya peradaban yang belum tergali melainkan hal-hal yang bersifat materialistikpun kemungkinan besar diyakini masih ada. Hal ini membuktikan bahwa membaca menstimulasi emosi saya.

Pengalaman saya, membaca bisa menjernihkan pemikiran yang berkabut implikasi dari situasi yang ada. Saya terus mencarinya di dalam kitab suci saya (dalam agama saya) serta beberapa hadist yang saya anggap sahih, karena saya merasa kurang bisa benar-benar memahami artinya maka saya bertanya kepada beberapa pihak yang saya anggap bisa membantu saya. Dan pihak terakhir yang saya tanyai adalah teman saya yang saya anggap memiliki wawasan yang cukup dari segi Psikologi dan emosi, dia meyakinkan saya akan suatu hal yakni tidak ada keputusan yang salah, hal terburuk setelah keputusan diambil adalah tidak konsisten dalam keputusan tersebut. Contoh ini benar-benar menjelaskan bahwa membaca bukan hanya sekedar melewatkan kata-kata dalam memori tetapi ada proses berfikir dan penekanannya adalah pemahaman terhadap apa yang dibaca.

Meminjam kata dari Nurhayati “Bacaan yang baik akan membuat pembacanya menjadi kritis, tergugah empatinya, dan terinspirasi melakukan suatu tindakan yang diperoleh dari bacaan tersebut.”. untuk memperkuat argumen saya mengenai pentingnya membaca, saya mengadopsi dua dari empat konsep berfikirnya bapak Akhmad Farhan mengenai menulis yang sudah saya transformasi ke membaca, yakni :

1. Saya membaca maka saya ada. Seorang filosof yang mengembangkan paham eksistensialisme yaitu Nietsche mengatakan bahwa saya berfikir maka saya ada.

2. Saya membaca maka saya belajar. Dengan membaca maka saya mencoba membuka pikiran, hati dan logika saya sebagai bekal untuk mempertajam wawasan. Karena menurut saya masalah wawasan bukanlah hal sepele yang terkadang bisa membengkokan arah dari tujuan semula.

Sedangkan membaca menurut pemahaman Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) bahwa bangsa yang unggul adalah bangsa yang memiliki fondasi kokoh yang dicerminkan dengan tingginya minat baca masyarakatnya.

Berikut saya tuliskan manfaat membaca dari Dr. Aidh Al Qarni dalam bukunya ”Laa Tahzan” (Jangan bersedih) menulis 10 manfaat membaca :

1. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan

2. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja

3. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata

4. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir

5. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dalam pemahaman

6. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana

7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya di dalam hidup

8. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat

9. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia,. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat

10. Lebih lanjut lagi, ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis di antara baris demi baris (memahami apa yang tersirat).

Sekarang coba kita hubungkan antara dimensi biologis dengan dimensi psikologis/emosi.

OLS adalah keadaan konsentrasi total yang menyerap secara mutlak perasaan, sehingga anda berada dalam kekuasaan saat itu, dan memperlihatkan kinerja puncak dari kemampuan anda. OLS ini berada pada gelombang tetha. Dapat dipahami bahwa dengan membaca hal-hal yang dapat membawa suasana ketentraman batin, yang bisa mengusir stress, atau sejenisnya bisa membantu dalam pertumbuhan IQ.

Dari uraian yang dipaparkan admin diatas, maka dapat dipahami bahwa membaca merupakan suatu kebiasaan yang harus terus dilatih dan diinternalisasi dalam diri. Karena kebiasaan yang mengkoordinasikan beberapa indra ini melatih kecerdasan kita dalam kaitannya dengan penempatan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas serta menuntun kita untuk bisa berfikir secara integralistik dalam memahami suatu kondisi.