Jumat, 27 Agustus 2010

Quick Qount di Sensus Penduduk? Mungkinkah?


Quick qount adalah satu kata yang tidak asing lagi bagi kita. Quick qount ini sering digunakan untuk estimasi hasil pemilihan sementara dalam Pilkada maupun Pemilu. Kedua hasil sementara kegiatan ini dengan mudahnya dipantau oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Hasilnyapun terasa sangat real time; menunjukkan hasil sementara setiap point waktu tertentu.
Tentunya sangat berbeda dengan kegiatan  Sensus Penduduk. Boro-boro ‘up-date status angka sementara’ dalam satuan waktu tertentu. Tiga bulan dari hari akhir kegiatanpun belum juga dapat dikeluarkan angka sementara tersebut. Bahkan diakui atau tidak, pengeluaran angka Sensus Penduduk terasa sangatlah tidak up to date aliansi ‘uda keburu dingin’. Dengan cakupan wilayah yang sama dan respondennyapun sama yakni penduduk Indonesia kenapa tidak mencoba menerapkan quick qount saja? Apakah semua infrastruktur yang dimiliki pihak yang bersangkutan dengan kegiatan Sensus Penduduk masih ‘ecek-ecek’? Sehingga belum siap menerapkan quick qount dalam kegiatannya? Hmmm....yuk-yuk...kita tinjau bersama dengan segala keterbatasan ilmu dan pemahaman yang saya miliki..... (sotoy :D  orang bukan anak statistik jugak ???hehhee...)
Kita tinjau dari sisi kegiatannya dulu. Dasar melakukan quick qount adalah untuk suatu kegiatan yang sifatnya poling sebagai earlying system. Sedangkan dasar melakukan sensus penduduk adalah mencacah setiap penduduk Indonesia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada Sensus Penduduk bukan hanya ingin mengetahui jumlah entitas obsevasi(penduduk) tapi juga ada informasi lain dari setiap entitas observasi yang ingin diketahui.
Yang kedua mari kita tinjau dari form yang dipakai. Karena quick qount ini hanya bersifat poling maka form hanya terdiri dari satu variabel saja. Pembacaan form pun hanya satu buah variabel yakni manakah dari sekian entitas yang dicalonkan yang dipilih. Sehingga perekaman datapun akan jauh lebih simpel daripada perekaman data pada Sensus Penduduk. Form yang digunakan Sensus Penduduk dapat dipastikan memuat lebih dari sepuluh variabel. Sebagai contoh Sensus Penduduk 2010 menggunakan 41 variabel. Sangatlah signifikan perbedaan variabel ini.
Yang ketiga dari sisi penghitungannya. Quick qount ini dilakukan dengan mengambil sample pada tempat-tempat yang dijadikan pusat kegiatan pemilihan di beberapa daerah yang sudah ditentukan dan kemudian mengestimasi menggunakan sample ini dengan metode tertentu. Sedangkan dalam Sensus Penduduk  dilakukan door to door untuk seluruh entitas yang termasuk dalam anggota populasi (Penduduk Indonesia). Dapat diilustrasikan;  quick qount bisa mendapatkan data 10 sample dari satu tempat pemilihan sedangkan pada Sensus Penduduk untuk mendapatkan data dari 10 penduduk harus mendatangi 10 penduduk tersebut di tempat tinggalnya masing-masing .
Bisa dibayangkan jika jarak satu rumah dengan yang lainnya kira-kira 50 meter untuk daerah plosok?(ampun daaaaah capekna :D, bukankah ukuran kinerja tim itu sangat ditentukan oleh anggota yang sangat lemah-dalam hal ini daerah yang medannya ‘wow’ banget) trus kenapa g’ adopsi caranya quick qount aja : orang-orang pada dikumpulin di satu tempat trus dicacah gitu? Hmm...ide inipun tidak bisa diterapkan mengingat teknik mendapatkan data pada Sensus Penduduk bukan hanya dengan wawancara langsung tetapi juga observasi langsung oleh pencacah pada beberapa variabel, obeservasi ini dilakukan untuk memastikan konsep benar, artinya belum tentu konsep yang diterima responden(entitas observasi/penduduk) terhadap pertanyaan itu sesuai dengan yang dimaksudkan (pokoknya yang saya tau teknik ngedapetin datanya HARUS door to door : nhah loh ... ogah banget kalau uda kena “pokoknya” ; bilang aja penulis g’ bisa mengilustrasikannya, belajar dulu sono!!! Hehheee....)
Untuk sementara hanya beberapa hal di atas yang bisa saya tinjau. Intinya ketika kita berbicara quick qount maka frame pembicaraan adalah sampel dan angka yang dihasilkan adalah statistik berarti ada estimasi didalamnya. Sedangkan ketika kita berbicara Sensus Penduduk maka frame pembicaraan adalah populasi dan angka yang dihasilkan adalah parameter berarti tidak ada estimasi di dalamnya ; hasilnya merupakan sesuatu yang pasti. (yaaaa walaupun mungkin ada satu dua tiga penduduk yang lewat cacah/variabel yg g’ sesuai lapangan ---- do you think human is perfect? They never been perfect!!!)
Sekarang waktunya menyampaikan ke temen-temenku mengenai “Pemikiranku yang nyeleneh” , tapi tetep aja bingung , masih gelap-mbulet seperti bola kasur di pemikiranku tentang :
1.              apa salahnya ya kalau di estimasi dululah sebelum mengeluarkan angka yang fix? Menggunakan tool yang baru diterapkan angkatan’49 dalam PKL yakni Uji Kuesioner Cepat? Memungkinkan kah jika menerapkan tool ini di SP?
2.              Kalau SP menggunakan 41 variabel, trus apa bedanya konsep sensus dan survei ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar