Jumat, 08 Januari 2010

Bagaimana membaca bisa meningkatkan kinerja neuron (dimensi biologis/intelektual)

Otak terdiri dari jutaan sel neuron, dan masing-masing sel mempunyai nukleus dan sejumlah tentacle yang menyebar ke segala arah, dimana masing-masing tentacle memiliki ribuan prouberans (tonjolan). Setiap prouberans ini saling berhubungan dengan prouerans lainnya, dengan tenaga elektrokimiawi suatu gugus neuron yang terhubung oleh jutaan proberans ini berhubungan dengan gugus neuron lainya membentuk suatu pola hubungan layaknya suatu sirkuit di otak (Pyotr Anokhin). Dapat dipahami bahwa otak merupakan suatu pola atau jaringan yang dibentuk oleh ribuan prouberans yang terdapat pada jutaan tentacle sel otak. pada waktu akan dilahirkan manusia telah memiliki 100 milyard neuron dan 1 triliun gliat/ perekat (Juneyuanita). Menurut Dr. Daniel Alkon (55), kepala laboratorium ilmu saraf Institut Kesehatan Nasional di AS , secara alami jumlah neuron mengalami malfunction/mati dengan laju 100.000 sel per hari dan neuron itu tidak membelah seperti sel-sel lain. Selain itu, ternyata otak manusia memiliki sel-sel cadangan, seperti yang diujarkan ilmuwan dari Institut Riset Stanford bahwa manusia hanya menggunakan 10% otaknya.

Tingkat intelegensia ditentukan oleh banyaknya prouberans dari tentakel neuron otak. Menurut Mark Rosenzwig, prouberans dari setiap tentacle ini bisa diusahakan menjadi lebih banyak dengan memberi stimulasi (membaca termasuk dalam salah satu bentuk kegiatan untuk menstimulasi otak, contoh dengan biaya yang lebih mahal misalnya terapi cahaya dan terapi akustik) pada otak, berapapun usia otak itu, menunjukkan signifikansi peningkatan prouberans. Sehingga akan meningkatkan jumlah total hubungan-hubungan antar syaraf yang terdapat di dalam otak. Menurut peneliti dari University of Chicago yang bernama Dr. Mihaly Csikszentmihalyi, otak memiliki empat macam gelombang dengan satuan siklus per detik (Cycle Per Second (CPS)) :

Delta, yang berfrekwensi 1-2 Hz (atau CPS) : Relaksasi fisik yang dalam, pengendalian stress dan pelepasan rasa sakit.

Theta, yang berfrekwensi 3-5 Hz : Memori mengingat, memanggil dan pertumbuhan IQ.

Alpha, yang berfrekwensi 7-9 Hz : Belajar, membaca dan mendengar.

Beta, Yang berfrekwensi 12-14 Hz : Pengambilan keputusan, logika, dan pemecahan masalah.


Pada keadaan Alpha ini merupakan keadaan yang kondusif bagi komunikasi antarsel yang terjadi lewat pancaran impuls-impuls kimia dan listrik terkait dengan forgetfulness, amnesia, dan demensia->proses lupa yang bersifat patologis/abnormal (Prof. Sidiarto Kusumoputro, pengajar bidang neurologi FKUI/RSCM). Sedangkan tetha berhubungan dengan OLS yang akan admin uraikan pada dimensi psikologis dari membaca. Bertolak dari pengertian membaca di atas, maka dapat dipahami bahwa membaca melibatkan kerjanya kedua belah otak. Dan menurut Robert, bila belahan otak yang lebih lemah distimulasi dan disuruh bekerja bersama belahan otak yang lebih bersinergi akan tercipta kemampuan dan efektivitas otak yang jauh lebih tinggi dari 5 sampai 10 kali lipat.


Mengutip statemen dari Dr. Barry Gordon, kepala klinik gangguan memori di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins, AS, “Memori memang adalah berbagai pola koneksi antarneuron,”. Menurut dia bila suatu memori baru diperoleh, pengkodeannya bisa melibatkan ribuan neuron yang tersebar di seluruh cortex. Tapi jika informasi baru itu tidak digunakan, pola koneksi yang baru terbentuk itu akan segera pupus kembali. Sebaliknya, jika kita berulang-ulang mengingatnya lagi, pola koneksi itu akan semakin kokoh terbentuk dalam jaringan otak.


Ada dua sudut pandang mengenai memori manusia, yang pertama oleh Prof. Sidiarto Kusumoputro, membagi memori menjadi dua jenis yakni memori jangka pendek, memori ini bisa dianalogikan sebagai RAM di komputer, stimulus yang diterima panca indra tersimpan di memori ini sebentar kemudian mengungkapkannya dengan segera, bisa menganalisa dan menyimpan informasi tanpa membuat rekaman yang abadi. Jenis memori jangka panjang, menyimpan pengalaman yang telah lewat di daerah otak yang disebut cerebral cortex (kulit luar otak, rumah dari jutaan jaringan neuron), pada bagian otak ini setiap stimulus dari pancaindra di tanggapi dalam bentuk impuls unik sel-sel syaraf yang bersangkutan langsung aktif dan sebagian bahkan tidak kembali kebentuk semula karena mereka memperkuat koneksi satu dengan lainnya.


Sudut pandang yang kedua dari Dr. Murray Grossman (45), ahli saraf dari Pusat Medis Universitas Pennsylvania, AS, ada lima jenis memori. Semantik merupakan memori tentang makna simbol dan kata, memori Implisit biasanya menyangkut kecakapan tertentu, memori Working adalah memori jangka pendek, terakhir, memori Episodik ialah memori yang menyangkut pengalaman yang belum lama terjadi. Memori-memori ini bisa mengalami kemunduran kinerja sejalan dengan usia karena mengalami melemahnya neuron. Kecuali jika ada bantuan stimulus yang bersifat kontinue sehingga transmisi listrik pada sel-sel tersebut sehingga berfungsi sesuai kapasitasnya. Dan salah satu bentuk stimulus yang paling mudah dilakukan sendiri adalah membaca. Fakta ini di dukung oleh Dr. C. Edward Coffey, peneliti dari Henry Ford Health System, membuktikan bahwa hanya dengan membaca buku seseorang akan terhindar dari penyakit “Demensia”.


“Belajar dan memori merupakan fenomena yang kompleks dan Proses mengingat tak bisa dilepaskan dari belajar,” kata John Byrne, Ph.D., guru besar dan ketua jurusan neurobiologi dan anatomi Sekolah Kedokteran Universitas Texas di Houston, AS dan Prof. Sidiarto. Ingat bahwa membaca merupakan salah satu bentuk aktifitas belajar. William Greenough, peneliti di Universitas Illinois, menyatakan bahwa pada otak tikus percobaannya yang sering diberi stimulus setelah membedahnya terdapat lebih banyak sel otak dari pada tikus yang tidak pernah/jarang diberi stimulus. Bukan menyamakan manusia dengan tikus, namun secara struktural kedua otak makhluk ini dianggap sama.


Dari semua uraian di atas maka dapat dipahami bahwa, yang pertama : masih sedikit sekali yang diketahui mengenai otak yang tergolong bervolum kecil itu, yang kedua : stimulasi mampu membuat otak bekerja secara lebih efisien dan meningkatkan koordinasi antarsel, yang ketiga jika sel otak yang digunakan oleh manusia hanya 10% berarti sisanya menganggur dan apa yang terjadi??seperti yang dipaparkan di atas yakni yang tidak terpakai akan mengalami malfunction/mati. Singkatnya membaca akan memperbaiki koordinasi antarsel,percepatan normalisasi antar jaringan otak, sel-sel otak yang belum aktif akan menjadi aktif dan sel yang aktif bekerja lebih efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar