Jumat, 18 Desember 2009

Statistik Spesies Baru Semakin Mengoyak Teori Darwin

Statistik Spesies Baru Semakin Mengoyak Teori Darwin

Homo floresiensis atau yang lebih dikenal dengan hobit ditemukan di gua Liang Bua kepulauan Flores, Indonesia oleh ilmuwan Australia dan Indonesia pada 2003. Dengan menggunakan metode regresi persamaan yang dilakukan oleh ilmuwan Jungers mengindikasikan bahwa kerangka Floresiensis ini memiliki ukuran tinggi 106 cm, dan tim arkeolog yang lain menyatakan bahwa berat badan hobbit ini 30 kilogram.

Terdapat dua argumen mengenai keberadaan hobbit ini dikalangan arkeolog, sejarahwan, dan ilmuwan. Argumen yang pertama menganggap bahwa hobbit bukan merupakan spesies baru. Pada argument yang pertama ini terpecah lagi menjadi dua kubu, beberapa mengklaim bahwa hobbit merupakan manusia modern yang mengalami pengerdilan tubuh akibat pengaruh kondisi medis yang disebut microcephaly (Science Daily). Sedang sebagian lagi mengklaim bahwa hobbit merupakan keturunan spesies manusia jaman pra sejarah bernama Homo erectus yang tinggal di Asia Tenggara lebih dari satu juta tahun lalu. Akibat dari proses seleksi alam tubuh mereka berevolusi menjadi bentuk yang lebih kecil (Jurnal Ilmiah Nature, California). Argumen yang kedua menganggap bahwa hobbit merupakan spesies baru. Terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung argumen ‘hobbit adalah spesies baru’. Yang pertama, Tim dari Stony Brook University Medical Center menggunakan analisa statistik terhadap rangka spesimen hobbit mengindikasikan bahwa hobbit merupakan mahkhluk punah yang secara genetik bukan merupakan versi ‘tidak normal’/cacat dari manusia modern. Yang kedua, hasil penelitian Tim dari Stony Brook University Medical Center tersebut didukung oleh Ilmuwan William Jungers dan Karen Baab yang menggunakan metode regresi persamaan terhadap rangka yang tersisa dari spesies hobbit bernama 'Little Lady of Flores' atau 'Flo' mengindikasikan bahwa kerangka flo dengan tinggi 106 cm jauh lebih pendek dari kerangka manusia modern yang mengalami pengerdilan yakni 150 cm. Yang ketiga, kedua hasil penelitian tersebut didukung juga oleh beberapa ilmuwan berdasarkan penelitian mereka, mengindikasikan bahwa Hobbit memiliki masa otak berukuran seperti otak simpanse yaitu hampir 400 kubik cm, sepertiga dari ukuran otak manusia modern.

Dua pendapat ini menggiring pemikiran kita, sebenarnya apasajakah essensi-essensi dari teori darwin/ teori evolution?apasajakah essensi-essensi dari teori penciptaan (universal creation)?

Dari beberapa teori evolusi yang paling terkenal adalah teori evolusi oleh Darwin. Darwinisme merupakan sebutan bagi komunitas yang menganut teori darwin.Tahun 1858 Darwin dalam bukunya ‘ Origin of Species by Means of Natural Selection’ memuat 2 teori utama yaitu:

1. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau.

2. Evolusi terjadi melalui seleksi alam.

Evolusi berarti perubahan (arti secara umum).perubahan tersebut berlangsung dari waktu ke waktu dan diturunkan, perubahan yang dimaksud bisa berupa perubahan terhadap frekuensi gen ataupun perubahan terhadap karakter adaptif. Darwin berpendapat bahwa berdasarkan pola evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya bersifat divergen dan berdasarkan hasilnya sendiri selalu dimulai terbentuknya varian baru.

Pada mulanya darwin menyatakan bahwa agen satu-satunya penyebab evolusi adalah seleksi alam. Seleksi alam tidak lain merupakan sebuah proses alam sedemikian sehingga individu yang lebih adaptif berpeluang lebih besar untuk bertahan hidup dari pada individu yang kurang adaptif. Yang lebih adaptif akan semakin bertambah dan yang kurang adaptif akan semakin berkurang sehingga lambat tahun tidak menutup kemungkinan akan menghilang/punah. Seleksi alam tetap terus bekerja juga pada individu yang lebih adaptif, namun seleksi alam yang diberlakukan disini lebih bertumpu pada ketersediaan sumberdaya alam yang bersangkutan. (Dobzhansky, 1970).

Konteks individu yang adaptif disini mencakup pengertian bahwa tidak hanya individu atau jenis yang terkuat tetapi mereka yang lumayan pas dengan lingkungan dapat bertahan hidup dan mereka yang mampu bereproduksi menghasilkan keturunan dengan jumlah terbanyak yang viable dan fertile. Singkatnya pada seleksi alam berlaku ada individu yang tetap bertahan atau ada yang tereliminasi pada kecepatan yang berbeda-beda.

pada dua abad terakhir ini telah banyak penelitian-penelitian dan penemuan-penemuan baru baik dalam bidang biologi, fisika, maupun arkeologi yang memungkinkan para ilmuwan, sejarahwan, atau arkeolog merevisi teori-teori yang ada dan tidak menutup kemungkinan mengharuskan mereka untuk merubah sama sekali teori yang ada.

Ini berarti bahwa teori itu sendiri juga berevolusi sehingga teori evolusi biologis yang sekarang kita kenal dengan label “Neo Darwinian” dan “Modern Sintesis”, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin. Dalam teori “Neo Darwinian” dan “Modern Sintesis” membedakan evolusi berdasarkan kecepatan evolusi (evolusi quasi dan evolusi quantum); berdasarkan polanya (evolusi gradual, evolusi punctual, dan evolusi saltasi) dan berdasarkan skala produknya (evolusi makro dan evolusi mikro).

Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (Neo Darwinian) terjadi karena adanya:

a. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.

b. Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.

c. Produksi varian baru melalui pada materi genetic yang diturunkan (DNA/RNA).

d. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.

e. Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.

Sebenarnhya perbedaan yang paling mendasar antara para pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan (=kreasionis) bukan pada pertanyaan “apakah makhluk hidup muncul masing-masing secara terpisah atau melalui proses evolusi dari bentuk satu ke bentuk yang lain”. Pertanyaan yang pokok adalah "apakah makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan akibat rentetan peristiwa alam, atau apakah makhluk hidup tersebut diciptakan secara sengaja?" (Drs. Bambang Agus Suripto, SU., M.Sc. (Dosen Fakultas Biologi UGM)

pada kenyataannya teori manakah yang selama ini lebih diprioritaskan untuk dijadikan sebagai ‘bahan pendidikan’ yang diajarkan pada peserta didik dari generasi ke generasi ?

Dari dua poin teori Darwin di atas bisa ditarik dua hal, yang pertama dapat dipahami (diungkapkan oleh Darwin juga) bahwa suatu individu adalah produk dari senyawa-senyawa inorganik dan materi-materi lainnya yang berada pada tempat dan waktu yang sama karena faktor kebetulan yang kemudian mengalami serentetan peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah yang memiliki sifat random/acak. Oleh sebab itu, pada intinya anggapan ini menerima waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta.

Yang kedua, Darwin memiliki pengertian bahwa seleksi alam menimbulkan material baru (bahan genetic yang baru yang di masa mendatang akan diseleksi lagi), jika pengertian seleksi alam seperti yang dipaparkan diatas maka dapat dipahami bahwa seleksi alam tidak menyebabkan timbulnya material baru melainkan justru menyebabkan hilangnya suatu varian genetic atau berkurangnya frekuensi gen tertentu.

Jika seleksi alam tidak menimbulkan material baru lalu proses apakah yang menimbulkan material baru?T.H Morgan dan kawan-kawan berdasarkan penelitiannya terhadap lalat buah Drosophilia mengindikasikan bahwa proses mutasilah yang menyuplai bahan mentah genetic (material baru) yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman genetic. (Dobzhansky, 1970).

Setelah adanya pemaparan sejauh ini, muncullah pertanyaan mana yg lebih sesuai disebut sebagai ilmu pengetahuan? Teori Evolusi (atau Evolution) yang menyatakan bahwa individu muncul sebagai akibat dari serentetan peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah? berarti teori ini menekankan pada unsur kebetulan. Apakah teori penciptaan (atau Creation) yang lebih menekankan bahwa suatu individu ada dan sengaja diciptakan?

Pada kenyataannya dalam kehidupan banyak sekali contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan bentuk yang sangat rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk hidup memiliki rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan konsep "kebetulan". sekarang tinjau bagian paling kecil dari penyusun makhluk hidup yakni sel, begitu komplek, begitu rumit, begitu sempurna sistem kerjanya sedemikin sehingga mampu berkoordinasi dengan penyusun-penyusun lain dari makhluk hidup, membentuk suatu sistem yang begitu seimbangannya. Apakah semua ini terbentuk dari unsur kebetulan?atau apakah memang ada yang sengaja membentuknya?Ada yang Maha Berkehendak yang mengkehendaki terciptanya suatu makhluk, yang Maha Pembuat Perhitungan untuk mengatur perubahan dengan kompleksitas design yang rumit, yang Maha Memelihara sehingga tersusunlah sistem keseimbangan yang merupakan konsekuensi dari penciptaan dan perubahan tersebut.

Tinjau kembali essensi dari seleksi alam, benarkah paham seleksi alam ini juga berpengaruh pada bidang sosial ekonomi?apakah pengertian seleksi alam juga dikemas dalam pola pikir gerakan nazi di jerman dan pola pikir ekonomi liberal? Admin belum mengkaji dari sudut pandang ini.

(banyak dikaji dari Drs. Bambang Agus Suripto, SU., M.Sc. (Dosen Fakultas Biologi UGM) dan beberapa situs yang tidak mungkin admin sebutkan satu persatu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar